Demo
buruh yang syarat akan kepentingan politik terus berlangsung. Hal ini
menyebabkan, ratusan industri khususnya di jawa barat tidak bisa beroperasi. Pemerintah
dinilai lamban dan tidak peka dalam menyelesaikan demo buruh. Akibatnya, para
investor asing terancam hengkang dari tanah air. Dari data Asosiasi Pengusaha
Indonesia (Apindo), sedikitnya 10 industri yang sudah memberikan sinyal akan angkat
kaki dari tanah air.
Demo buruh terus berlangsung seolah tidak ada hentinya, khususnya di
daearah Jawa Barat. Para buruh ini seolah mesin yang tidak pernah lelah, dalam
melakukan demo. Hapuskan outsourcing, tolak upah murah dan penambahan komponen
kebutuhan hidup layak (KHL), begitulah tuntutan dari para demonstran. Tetapi,
benarkah tuntutan tersebut datang dari para buruh atau hanya kepentingan pihak
tertentu saja. Seharusnya, demontrasi
itu alamiah, tidak dibikin-bikin. Seolah mewakili orang lain padahal
sesungguhnya tidak.
Fakta dilapangan menunjukan demo buruh ini syarat
sekali dengan kepentingan politik segelintir orang. Kita semua tahu, demo buruh
yang terjadi ini digerakan oleh para aktivis buruh. Para aktivis ini, berkoar-koar, seolah mewakili
kepentingan buruh, padahal mereka hanya mementingkan kepentingan
petinggi-petingi mereka dan kepentingan mereka sendiri. Rasanya sungguh aneh.
Para buruh melakukan demo tanpa henti, seolah mereka tidak pernah kehabisan
tenaga. Belum lagi banyak sekali dari para buruh ini yang pada akhirnya menjadi
pengangguran karena pabrik tempat mereka bekerja harus tutup. Sulit untuk
diterima oleh nalar sehat, para buruh rela kehilangan sumber pencariannya.
Sedangkan, di rumah anak-istrinya membutuhkan biaya untuk dapat terus
melanjutkan hidup.
Kepentingan politik dan urusan duit, rasanya
memang tidak bisa dilepaskan dari munculnya demo buruh akhir-akhir ini.
Sebagian besar demo yang terjadi sekarang ini, terjadi di Jawa Barat. Kalau
kita telisik lebih jauh, hal ini erat kaitannya dengan pertarungan perebutkan
posisi Guburnur Jawa Barat. Demo buruh dijadikan panggung untuk mendapatkan
popularitas dan pencitraan. Dengan berpura-pura memperjuangkan kepentingan
buruh, padahal mereka sedang mencari popularitas dan citra di masyarakat.
Kalau demo terus berlangsung, yang menjadi korban
adalah industri dan para buruh sendiri. Banyak industri yang akhirnya tidak
dapat beroperasi tidak ada tenaga kerja dan ancaman keamanan. Hal ini terjadi,
karena para pendemo ini acap kali melakukan sweeping terhadap buruh pabrik yang
tetap bekerja dan pabrik yang tetap beroperasi. Para pengusaha tentu mengalami
banyak sekali kerugian dengan adanya keadaan ini. Bahkan para buruh sendiri
banyak yang kehilangan pekerjaan. Parahnya lagi, beberapa industri dari luar
negeri telah memberikan sinyal bahwa mereka akan hengkan dari tanah air, jika
permasalahan ini tidak kunjung teratasi. Kalau hal ini terjadi, bayangkan
berapa banyak buruh yang akan menjadi pengangguran.
Data Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo), ada kurang lebih 10 industri yang
dalam waktu dekat akan hengkan dari
Indonsia. Para pemilik industri tersebut kecewa dengan sikap pemerintah yang
tidak bisa mengambil keputusan tepat dalam menyelesaikan permasalahan demo
buruh. Seharusnya, pemerintah, dalam hal ini Menteri Perekonomian, jangan
mengaggap enteng demo buruh. Kalau tidak segera teratasi, dipastikan para
investor asing akan hengkan dari tanah air. Kalau ivestor asing yang sudah berinvestasi saja hengkang,
bagaimana kita akan menerik investor yang belum berinvestasi untuk berinvestasi
di dalam negeri. Sangat disayangkan, jika stabilitas pertumbuhan ekonomi yang
sudah baik, harus terganggu oleh demo buruh yang tidak kunjung diatasi.
Pemerintah harus lebih peka dalam
menyelesaikan demo buruh. Ada indikasi demo buruh ini, tidak terjadi secara
alami. Tetapi, ada pihak-pihak tertentu yang sengaja melakukan demo dengan
mengatas namakan kepentingan buruh. Padahal, mereka ini bukan sama sekali
buruh, mereka para aktivis buruh. Disinyalir, para aktivis buruh ini, digerakkan
oleh pihak-pihak yang ingin memfaatkan
demo buruh sebagai panggung pencitraan. Pemerintah harus bisa menelusuri
indikasi tersebut dan memahami keadaan yang terjadi, agar dapat mengambil
keputusan yang tepat. Buruh juga, harus
lebih pintar dan jangan mudah tersulut oleh pihak-pihak yang memprovokasi untuk
melakukan demo. Bukan demonya yang salah, tetapi kepentingan-kepentingan yang
menungangi demo itu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar