Produksi minyak bumi indonesia kian hari kian merosot, menurut data penurunan produksi sudah terjadi sejak 1996. Sejak 1996 sampai dengan sekarang, produksi minyak bumi nasional menurun rata-rata sikitar 4% pertahun. Hingga akhir tahun 2012, Indonesia diperkirakan hanya mampu memproduksi minyak bumi dan kondensatnya sebanyak 860.000-870.000 barel per hari, turun 3,6% dibandingkan tahun sebelumnya 902 ribu bph. Hasil tersebut lebih rendah dibandingkan target produksi terangkut (lifting) minyak mentah dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan (APBN-P) 2012 sebesar 930h ribu barel per hari. Dengan demikian lifting minyak bumi tahun 2012 tidak akan tercatpai.
Untuk diketahui, minyak bumi di Indonesia sudah
ditemukan sejak seratus tahun silam dan sejak itu pula pengurasan terus
berlangsung. Ketika pengursan terus berlangsung, produksi minyak bumi akan
mencapai titik jenuh. Ketika produksi sudah mencapai titik jenuh maka produksi
akan decline dan tidak akan bisa
untuk sustain. Menurut saya, produksi
minyak bumi kita sudah mencapai titik jenuh sejak tahun 1996, sekarang memasuki masa decline. Dapat diperkirakan bahawa produksi minyak bumi kita akan
terus merosot, hingga akhirnya nanti benar-benar habis. Saya tidak bisa katakan
dengan pasti kapan produksi itu akan habis, tetapi cepat atau lambat itu pasti
akan terjadi.
Secara alami, produksi minyak mentah terus merosot,
sementara konsumsi BBM tak pernah turun seiring meningkatnya jumlah penduduk
dan industrialisasi. Berdsarakan fakta dan data yang ada, konsumsi minyak sampai akhir 2012 diperkirakan
bisa mencapai lebih dari 42 juta kiloliter. Sekarang grafik produksi dan
konsumsi minyak bumi berbading terbalik, di mana produksi akan terus merosot,
sedangkan konsumsi semakin meroket. Pemerintah boleh saja berasalan adanya
hambatan dilapangan yang menyebabkan produksi tidak maksimal.
Seharusnya ketergantungan berbagai sektor energi domestik
hanya pada minyak bumi perlu dikurangi. Dengan cadangan yang semakin menipis
sementara permintaan terus meningkat. Pemerintah harus mampu merumuskan bauran
energi terbarukan dan sumber energi baru selain minyak bumi. Kalu tidak, dalam
waktu dekat kita akan mengalami kelangkaan energi. Tahun ini saja buktinya,
berapa kali kouta BBM habis sebelum waktu yang ditentukan. Di berbagai daerah
sempat terjadi kelangkaan BBM.
Selain kelangkaan, kita akan membayar harga yang
sangat mahal untuk mendapatkan energi. Sebagai bukti, jika dibandingkan dengan
negara tetangga harga listrik kita paling tinggi. Itu karena, produksi listrik kita masih
mengandalkan BBM, yang notaben harganya sangat mahal. Bagaimana PLN bergantung
kepada bahan bakar fosil yang tak terbarukan. Negara pun gamang untuk menaikkan
harga BBM guna menghemat subsidi, namun di lain sisi harus bersitegang dengan
rakyatnya.
Saya selalu mempertanyakan, bagaimana bisa negara yang
kaya akan sumber daya alam, menglamali krisis energi ? Kita memiliki banyak
sekali sumber energi, ada gas bumi, pas bumi, batu bara. Cadangan-cadangan gas
Indonesia tersebar di Riau, Jambi, Sumatera Selatan, Kalimantan Timur dan
Papua. Berbanding terbalik dengan minyak, cadangan terbukti gas nasional selalu
merangkak naik. Sejatinya Indonesia memiliki 40% potensi panas bumi dunia.
Sayangnya, baru sekitar 4% saja yang dimanfaatkan.
Pengelolaan energi yang karut-marut, mungkin adalah
jawaban atas pertanyaan saya di atas. Kita memiliki banyak sumber energi,
tetapi kita belum bisa mengelola itu semua dengan efektif dan efisien. Padahal
kita sudah mempunyai Badan khusus untuk merumuskan kebijakan energi nasional.
Dulu kita punya (Badan Koordinasi Energi Nasional)
BAKOREN yang sekarang digantikan oleh Dewan Energi Nasional (DEN). Tetapi kalau
boleh saya katakan kedua badan ini impoten, tidak pernah bisa menghasilkan
kebijakan energi yang benar-benar efektif untuk mengelola energi nasional.
Padahal, tanpa arah kebijakan energi yang jelas, sudah barang tentu pengelolaan
energi akan karut-marut dan tidak berpihak pada kepentingan rakyat.
Sebagai bukti karut-marutnya kebijakan energi kita,
kita selalu mengekspor gas bumi, padahal kebutuhan domestik belum terpenuhi.
Kita, selalu mengekpor batu bara dengan kualitas baik, sedangkan batu bara
dengan kualitas rendah barulah diberikan untuk PLN, itupun tidak pernah
mencukupi kebutuhan. Menurut saya, sebagai negara yang memiliki sumber daya
alam yang melimpah, kita belum pernah mampu berdaulat. Berdaulat yang saya
maksudkan adalah menikmati hasil sumber daya alam, baik energi atau hasil
tambang lainnya , secara utuh untuk kepentingan nasional.
Saya terus berharap,
Dewan Energi Nasional (DEN) di tahun ini tidak lagi impoten dan dapat
menghasilkan Kebijakan Energi Nasional jangka panjang yang dapat digunakan
sebagai acauan untuk mengelola sektor energi nasional. Sehingga, karut-marut
pengeloaan sektor energi di tahun 2012 tidak terulang lagi di tahun ini dan
seterusnya. Saya yakin dengan kebijakan energi yang tepat dan pro kepentingan
nasional, kita mampu menjadi negara yang berdualat dan bermartabat. Sekarang
energi adalah suatu yang sangat berharga dan terbatas dan kita mempunyai banyak
sumber energi, seharusnya itu bisa menjadi kekuatan bagi kita.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar